Puisi Chairil Anwar: PENERIMAAN
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani
Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.
Maret 1943
Puisi Chairil Anwar: KEPADA KAWAN
Sebelum Ajal mendekat dan mengkhianat,
mencengkam dari belakang ‘tika kita tidak melihat,
selama masih menggelombang dalam dada darah serta rasa,
mencengkam dari belakang ‘tika kita tidak melihat,
selama masih menggelombang dalam dada darah serta rasa,
belum bertugas kecewa dan gentar belum ada,
tidak lupa tiba-tiba bisa malam membenam,
layar merah terkibar hilang dalam kelam,
kawan, mari kita putuskan kini di sini:
Ajal yang menarik kita, juga mencekik diri sendiri!
tidak lupa tiba-tiba bisa malam membenam,
layar merah terkibar hilang dalam kelam,
kawan, mari kita putuskan kini di sini:
Ajal yang menarik kita, juga mencekik diri sendiri!
Jadi
Isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan,
Tembus jelajah dunia ini dan balikkan
Peluk kecup perempuan, tinggalkan kalau merayu,
Pilih kuda yang paling liar, pacu laju,
Jangan tambatkan pada siang dan malam
Tembus jelajah dunia ini dan balikkan
Peluk kecup perempuan, tinggalkan kalau merayu,
Pilih kuda yang paling liar, pacu laju,
Jangan tambatkan pada siang dan malam
Dan
Hancurkan lagi apa yang kau perbuat,
Hilang sonder pusaka, sonder kerabat.
Tidak minta ampun atas segala dosa,
Tidak memberi pamit pada siapa saja!
Hilang sonder pusaka, sonder kerabat.
Tidak minta ampun atas segala dosa,
Tidak memberi pamit pada siapa saja!
Jadi
mari kita putuskan sekali lagi:
Ajal yang menarik kita, ‘kan merasa angkasa sepi,
Sekali lagi kawan, sebaris lagi:
Tikamkan pedangmu hingga ke hulu
Pada siapa yang mengairi kemurnian madu!!!
Ajal yang menarik kita, ‘kan merasa angkasa sepi,
Sekali lagi kawan, sebaris lagi:
Tikamkan pedangmu hingga ke hulu
Pada siapa yang mengairi kemurnian madu!!!
30 November 1946
Puisi Chairil Anwar: SELAMAT TINGGAL
Aku berkaca
Ini muka penuh luka
Siapa punya ?
Siapa punya ?
Kudengar seru menderu
dalam hatiku
Apa hanya angin lalu?
dalam hatiku
Apa hanya angin lalu?
Lagu lain pula
Menggelepar tengah malam buta
Menggelepar tengah malam buta
Ah……….!!
Segala menebal, segala mengental
Segala tak kukenal……..!!
Selamat tinggal………..!!
Segala tak kukenal……..!!
Selamat tinggal………..!!
Puisi Chairil Anwar: SIAP SEDIA
Oleh: Chairil Anwar
Oleh: Chairil Anwar
Kepada Angkatanku
Tanganmu nanti tegang kaku,
Jantungmu nanti berdebar berhenti,
Tubuhmu nanti mengeras membatu,
Tapi kami sederap mengganti,
Terus memahat ini Tugu.
Jantungmu nanti berdebar berhenti,
Tubuhmu nanti mengeras membatu,
Tapi kami sederap mengganti,
Terus memahat ini Tugu.
Matamu nanti kaca saja,
Mulutmu nanti habis bicara,
Darahmu nanti mengalis berhenti,
Tapi sederap mengganti,
Terus berdaya ke Masyarakat Jaya.
Mulutmu nanti habis bicara,
Darahmu nanti mengalis berhenti,
Tapi sederap mengganti,
Terus berdaya ke Masyarakat Jaya.
Suaramu nanti diam ditekan,
Namamu nanti terbang menghilang,
Langkahmu nani enggan ke depan,
Tapi kami sederap mengganti,
Bersatu maju, ke Kemenangan.
Namamu nanti terbang menghilang,
Langkahmu nani enggan ke depan,
Tapi kami sederap mengganti,
Bersatu maju, ke Kemenangan.
Darah kami panas selama,
Badan kami tertempa baja,
Jiwa kami gagah perkasa,
Kami akan mewarna di angkasa,
Kami pembawa ke Bahagia nyata.
Badan kami tertempa baja,
Jiwa kami gagah perkasa,
Kami akan mewarna di angkasa,
Kami pembawa ke Bahagia nyata.
Kawan, kawan,
Menepis segar angin terasa,
Lalu menderu menyapu awan,
Terus menembus surya cahaya,
Memancar pencar ke penjuru segala,
Riang menggelombang sawah dan hutan,
Segala menyala-nyala !
Segala menyala-nyala !
Menepis segar angin terasa,
Lalu menderu menyapu awan,
Terus menembus surya cahaya,
Memancar pencar ke penjuru segala,
Riang menggelombang sawah dan hutan,
Segala menyala-nyala !
Segala menyala-nyala !
Kawan, kawan,
Dan kita bangkit dengan kesedaran,
Memucuk menerang hingga belulang,
Dan kita bangkit dengan kesedaran,
Memucuk menerang hingga belulang,
Kawan, kawan,
Kita mengayun pedang ke Dunia Terang !
Kita mengayun pedang ke Dunia Terang !
Puisi Chairil Anwar: KAU BERADA KEMBALI
Aku berada kembali. Banyak yang asing:
air mengalir tukar warna,kapal kapal,
elang-elang
serta mega yang tersandar pada khatulistiwa lain;
air mengalir tukar warna,kapal kapal,
elang-elang
serta mega yang tersandar pada khatulistiwa lain;
rasa laut telah berubah dan kupunya wajah
juga disinari matari lain.
juga disinari matari lain.
Hanya
Kelengangan tinggal tetap saja.
Lebih lengang aku di kelok-kelok jalan;
lebih lengang pula ketika berada antara
yang mengharap dan yang melepas.
Kelengangan tinggal tetap saja.
Lebih lengang aku di kelok-kelok jalan;
lebih lengang pula ketika berada antara
yang mengharap dan yang melepas.
Telinga kiri masih terpaling
ditarik gelisah yang sebentar-sebentar
seterang
guruh
ditarik gelisah yang sebentar-sebentar
seterang
guruh
(1949)
Puisi Chairil Anwar: RUMAHKU
Rumahku dari unggun-unggun sajak
Kaca jernih dari segala nampak
Kulari dari gedung lebar halaman
Aku tersesat tak dapat jalan
Aku tersesat tak dapat jalan
Kemah kudirikan ketika senjakala
Dipagi terbang entah kemana
Dipagi terbang entah kemana
Rumahku dari unggun-unggun sajak
Disini aku berbini dan beranak
Disini aku berbini dan beranak
Rasanya lama lagi, tapi datangnya datang
Aku tidak lagi meraih petang
Biar berleleran kata manis madu=====
Aku tidak lagi meraih petang
Biar berleleran kata manis madu=====
Puisi Chairil Anwar: AKU BERADA KEMBALI
Aku berada kembali. Banyak yang asing:
Air mengalir tukar warna, kapal-kapal, elang-elang
Serta mega yang tersandar pada khatulistiwa lain;
Air mengalir tukar warna, kapal-kapal, elang-elang
Serta mega yang tersandar pada khatulistiwa lain;
rasa laut telah berubah dan kupunya wajah
juga disinari matari
lain.
juga disinari matari
lain.
Hanya
Kelengangan tinggal tetap saja.
Lebih lengang aku di kelak-kelok jalan;
lebih lengang pula ketika berada antara
yang mengharap dan yang melepas.
Kelengangan tinggal tetap saja.
Lebih lengang aku di kelak-kelok jalan;
lebih lengang pula ketika berada antara
yang mengharap dan yang melepas.
Telinga kiri masih terpaling
Ditarik gelisah yang sebentar-sebentar seterang
Guruh.
Ditarik gelisah yang sebentar-sebentar seterang
Guruh.
1949,
Chairil Anwar
Chairil Anwar
TheThaitanium®®® (Capsicum chinense) Seeds
BalasHapusTheThaitanium®®® (Capsicum chinense). Description. This titanium nose jewelry seed ford fiesta titanium has a titanium network surf freely beautiful glossy green/orange pod that titanium piercing jewelry will grow to titanium exhaust tips a tall, green Rating: 5 · 1 review · $2.50 · In stock